HKE dan Hukum Kausalitas
Hukum Kausalitas atau sebab-akibat menyatakan bahwa aplikasi kita berbuat baik kepada orang lain atau perusahaan, kita akan mendapat balasan kebaikan dari orang atau perusahaan tersebut. Ada sebab, ada akibat. Cerita tentang Howard Kelly, Alexander Fleming, dan Winston Churchill merupakan contoh hukum sebab-akibat. Namun demikian, HKE tidak sama dengan hukum sebab-akibat.
Dalam konsep HKE, jika kita berbuat baik kepada orang lain atau perusahaan, kita tidak harus mendapatkan kebaikan kembali dari orang atau perusahaan tersebut. Memang, kalau kita menanam kebaikan pada diri seseorang, besar kemungkinannya akan menuai kebaikan dari orang tersebut. Sama artinya ketika kita membantu seorang kawan, besar kemungkinannya suatu saat dia akan membantu kita.
Itu hukum kausalitas. Sedangkan, dalam konsep HKE, kebaikan yang kita terima tidak selalu datang dari orang yang kita berikan kebaikan atau epos. Boleh jadi, kita memperolehnya dari orang lain. Bahkan, dari mereka yang tidak kita kenal sama sekali. Itu pun dalam bentuk kebaikan yang bisa saja sama sekali berbeda. Tetap yakinlah bahwa jumlah nilai energi yang kita terima, pasti setara dengan energi yang telah kita keluarkan.
Demikian juga konsep tabungan energi dalam HKE berbeda dari konsep emotional bank account yang dijelaskan Stephen Covey dalam the Seven Habits. Emotional bank account lebih dekat pada hubungan sebab-akibat yang dikaitkan dengan kondisi emosi antar seseorang dengan orang lainnya.
Perbedaan itu terjadi karena makna HKE lebih luas daripada makna hubungan sebab-akibat. Apabila kita pernah mengeluarkan epos senilai 100 kepada satu orang atau lembaga, epos itu tidak hanya kembali dari satu pintu. Bisa dari berbagai pintu. Jumlah epos yang kita terima kembali nilainya tetap setara dengan yang dikeluarkan yakni 100. Bila epos itu kembali dari 100 pintu, setiap pintu memberikan balasan seniali satu. Bila batasan itu datang dari lima puluh pintu, setiap pintu memberikan rata-rata nilai dua. Begitulah seterusnya. Semakin banyak epos yang kita berikan, semakin banyak pula pintu yang kita buat untuk kembalinya epos pada kita.
Itu artinya, di mana pun dan kapan pun Anda bekerja, berikanlah yang terbaik. Bekerjalah dengan tekun karena hakikatnya Anda sedang menambah epos. Mungkin Anda tidak mendapat balasan setimpal dari perusahaan tempat Anda bekerja. Jangan khawatir karena balasan itu tidak harus berasal dari perusahaan tempat Anda bekerja. Balasan itu bisa datang dari mana saja. Boleh jadi balasannya datang dari perusahaan lain yang memberi Anda peluang karier yang lebih menjanjikan (prospektif).
Di Philadelphia, Amerika Serikat, ada seorang resepsionis hotel tua yang senantiasa memberikan pelayanan terbaik untuk setiap tamu hotel tempat ia bekerja. Selama bertahun-tahun dia bekerja tidak pernah ada kenaikan jabatan atau kenaikan gaji yang signifikan. Tetapi, semua itu tidak menghentikannya memberikan pelayanan terbaik. Hingga suatu ketika, dia mendapatkan sebuah undangan dan tiket dari seseorang yang mengaku mengenalnya untuk pergi ke New York.
Setibanya di New York, dia dijemput oleh seorang pria tua. Mereka kemudian pergi ke sebuah perempatan besar. Di sana pria tua itu menunjuk sebuah bangunan mewah di hadapannya sambil berkata, “Itu adalah hotel yang saya bangun khusus untuk Anda. Saya ingin Anda menjadi manajer hotel saya ini.” Si resepsionis terkejut kemudian bertanya, “Siapa Anda? Kenapa Anda lakukan ini untuk saya?”
Pria tua itu menjawab, “Dua tahun yang lalu, saya dan istri saya datang ke hotel tempat Anda bekerja untuk menginap. Tetapi ternyata hotel Anda sudah penuh, sama seperti hotel-hotel lainnya di sana. Namun, kemudian Anda memberikan saya kamar yang seharusnya merupakan jatah Anda, Anda memilih untuk tidur di sofa daripada membiarkan saya tidak memiliki tempat untuk menginap. Saat itu saya berjanji pada diri saya sendiri. Suatu saat nanti, saya akan membangun sebuah hotel untuk Anda.”
Pria tua itu adalah William Waldorf Astor. Hotel yang dibangunnya adalah Waldorf – Astoria Hotel yang pertama. Resepsionis itu bernama George C. Bodt, yang akhirnya menjadi manajer pertama hotel tersebut.
Sumber: Kubik Leadership

Komentar Terbaru