Konsentrasi yang Negatif

Konsentrasi yang Negatif

Seseorang berkata kepada saya, “Aku telah kehilangan segala-galanya,”

Saya katakan kepadanya, “Aku turut berduka atas kepergian istrimu.” Mendengar saya berkata demikian , ia tercengang dan berkata, “Siapa yang bilang istriku meninggal dunia? Istriku masih hidup dan alhamdulillah sehat.:

“Kalau begitu, aku turut prihatin karena kanker menggerogoti tubuhmu,” kata saya.

“Aku tidak sakit, Doktor,” kilahnya.

Aku bertanya, “Bagaimana keadaan anakmu yang paling besar? Apakah ia masih mengkonsumsi narkoba?”   Dengan marah orang itu berkata, “Jangan sembarangan berkata begitu, Doktor.

Anakku sama sekali tidak pernah menyentuh narkoba. Dia pemuda yang patuh pada agama dan berprestasi.”

Saya katakan lagi, “Lantas, apakah Anda sudah menemukan putri yang paling besar? Atau, ia masih lari dari rumah?”

“Doktor, sepertinya yang Anda maksud adalah orang lain,” katanya,  “Sebab, putriku tidak pernah lari dari rumah.

Justru sebaliknya, ia sangat bahagia dan taat beragama dan sebentar lagi ia akan menikah.”

Saya katakan lagi, “Apakah Anda dijatuhi hukuman penjara? Atau, Anda sudah berhasil menyelesaikan permasalahan itu?”

Ia menatapku dalam-dalam dan berkata, “Doktor Ibrahim, aku sangat menghormati Anda. Ucapan Anda tidak wajar. Apa yang Anda ucapkan tidak pernah terjadi padaku atau keluargaku. Aku jadi penasaran, mengapa Anda berkata seperti itu?”

Saya katakan padanya, “Mari kita ulangi sekali lagi apa yang Anda utarakan kepadaku. Menurut Anda, istrimu masih hidup dan sehat, anakmu patuh taat pada agama dan berprestasi, putrimu juga demikian, bahkan sebentar lagi akan menikah. Semua anak-anak Anda baik-bak saja. Bukankah begitu?”

“Ya, alhamdulillah,” jawabnya.

Saya bertanya, “Lantas, Anda kehilangan apa?”

Orang itu menjawab, “Aku kehilangan pekerjaanku.”

“Apakah itu berarti Anda kehilangan segala-galanya?” Tanya saya dengan nada tinggi.

“Tidak,” jawabnya. “Insya Allah aku mendapat pekerjaan yang lebih baik.”

Hikmah:
Ini contoh pikiran negatif yang menyebabkan konsentrasi yang negatif. Pada gilirannya ini akan membuat seseorang memusatkan perhatian pada rintangan dan melupakan hal-hal positif yang ada dalam hidupnya.

Ini berarti belum mensyukuri bahwa banyak sekali nikmat-nikmat  lain / kufur nikmat.  Ketika konsentrasi negatif dilakukan berkali-kali maka akan menjadi keyakinan yang melahirkan masalah yang tidak berujung. Sebaliknya kalau konsentrasi pada hal-hal positif / syukur nikmat maka nikmat yang lain akan berdatangan dan bertambah.

By : Ibrahim Elfiky

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Shares
RSS
Follow by Email
Facebook
Twitter